Bung Karno, Pancasila, dan Endeh
Setetes Permenungan dari Harlah Pancasila 1 Juni 2022 di Endeh
Muhammad Sabri, Direktur Pengkajian Kebijakan, BPIP
Dan Endeh (BK lebih senang menyebut Endeh ketimbang Ende), diyakini secara ontologis sebagai wadah "candradimuka" dan akumulasi panjang embrio Pancasila yang mengalir dalam permenungan-permenungan BK sejak 1918-1945.
BK muda, di Surabaya (1918) telah karib dengan sejumlah pemikiran "ideologi" semisal Nasionalisme, Islam, dan Marxisme. Ini buah dari perjumpaannya dengan sejumlah pemuka pemikir saat BK _indecost_ di rumah "Bapak Kebangsaan" HOS Tjokroaminoto. Di rumah ini, BK berjumpa, berdiskusi, dan berdebat dengan Alimin dan Muso (kelak tokoh kunci PKI), Kartosuwiryo (DI/TII), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), KH Wahab Habullah (NU), dll. Secara embrio, ide dan prinsip "kebangsaan", "ketuhanan" dan "sosialisme" mekar dalam permenungan BK di Surabaya.
Di Bandung, ketika melanjutkan kuliah di ITB, BK bertemu dan berdialektika dengan tokoh² pemuka pemikir-penggerak "kebangsaan" diantaranya "Tiga Serangkai" yang sangat _brilliant_: dr. Wahidin Sudirohusodo, Ki Hajar Dewantara, dan Dowes Dekker. Paham "kebangsaan" dan "musyawarah" yang merupakan tabiat dasar masyarakat Nusantara, kian matang dalam relung-relung inteleksi BK..
Selanjutnya BK ke Yogyakarta. Di Kota Gudeg dan wilayah dimana Kraton _Ngayogyakarta_ tegak berdiri hingga kini, BK mendirikan Partai Indonesia (1926) yang berideologikan "Marhaenisme", di mana _visun_ perihal hakikat "manusia" dan pemihakannya yang teguh kepada kaum teraniaya, sungguh-sungguh terbit dan menginspirasi gerakannya.
Di Endeh (1934-1938) BK diasingkan. Tujuan Penjajah Kolonialisme Belanda hanya satu: menghancurkan mental BK hingga luluh lantak. Tapi sejarah bicara lain: justru Endeh, menjadi "rumah pemulihan" BK, wadah permenungan, ruang refleksi, dan tempat di mana BK melakukan proses transendensi-intelektual yang puncak. Embrio Pancasila yang jejak episteme-nya sejak di Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta mekar, justru terakumulasi jenial di Endeh.
Setidaknya ada empat oase dan telaga permenungan BK di Endeh yang kelak menjadi "ilham" pidato "Lahirnya Pancasila" dalam sidang BPUPK 1 Juni 1945.
Artikel Terkait
Pendidikan Pancasila, Refleksi 'Pancasila dalam Tindakan'
Presiden Jokowi Akan Pimpin Upacara Peringatan Harlah Pancasila di Ende, NTT
Buya Syafii Maarif, Sosok Sederhana Pejuang Pancasila
Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, NTT, Awal Lahirnya Pancasila
Kemendikbudristek Tetapkan Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka