• Jumat, 22 September 2023

Novel Best Seller ‘Dua Barista’ Karya Najhaty Sharma, Sebuah Pesan Moral dan Kritik Sosial Budaya Pesantren

- Senin, 26 September 2022 | 07:19 WIB
tentang novel due barista Ning Najhaty Sharma  (nu.or.id)
tentang novel due barista Ning Najhaty Sharma (nu.or.id)

SILANEWS - Penulis Najhaty Sharma menjadi sosok penting di balik suksesnya novel Dua Barist yang mengisahkan keromantisan sosok Ning dan Gus.

Ning pada awalnya hidup bahagia bersama suaminya Gus. Tapi akhirnya harus rela dimadu demi kelangsungan kaderisasi pesantren karena kemandulannya. 

Seperti dikutip dari nu.or.id, memiliki nama asli Najhaty Mu’tabiroh, Najhaty Sharma yang dilahirkan di Magelang pada 30 Juli 1988 itu tumbuh di lingkungan pondok pesantren Al-Asnawi Slamkanci Bandongan, Magelang, Jawa Tengah.

Baca Juga: Menulis Buku dari ‘Scouting For Boys’ hingga ‘Rovering To Succes’, Baden Powell Jadi Bapak Kepanduan Dunia

Ia mengaku punya cita-cita menjadi penulis sejak berusia 12 tahun.

“Saya merasa memiliki passion dan hobi menulis meskipun dulu hanya sekadar iseng-iseng saja. Setelah menjadi dewasa karena kebetulan senang sekali membaca akhirnya ingin mengikuti jejak penulis lain yang menebarkan manfaat melalui tulisannya,” ungkap Najhaty.

Selepas pendidikan di sekolah dasar, ia melanjutkan pendidikan di pondok pesantren salaf yakni di pondok pesantren Annur Maron Purworejo, kemudian menghafalkan Al Qur’an di pondok pesantren tahfidz PPSPA Sunan Pandanaran Yogyakarta, dan tabarukan di pondok pesantren Alfalah Ploso Kediri.

Baca Juga: Begini Sejarah Kota Bandung Seperti Disampaikan Sekretaris Daerah Kota

Selepas itu Ning Sharma menikah dengan Gus Abdul Aziz dan memiliki tiga orang anak, satu putra dan dua putri.

Keseriusannya dalam menulis baru dijalankan saat dirinya memasuki umur kepala tiga, sekaligus mendirikan penerbitan yang dinamai Najhatipena di sela-sela kesibukannya merintis pesantren dan lembaga pendidikan lainnya bersama sang suami.

Ning Najhaty dan suami mendirikan pondok pesantren Almunir Pangkat Tegalrejo Megelang sebagai bentuk melanjutkan perjuangan orang tua untuk menyiarkan NU di pelosok desa.

Ia mengaku ingin berdakwah sesuai dengan kemampuannya melalui lembaga pesantren dan juga literasi.

Baca Juga: Kemenag Susun Buku Ensiklopedi Metode Pembelajaran Al Quran di Indonesia

Di pesantren ia turun langsung untuk mengajarkan santri dalam membaca maupun menghafal Al-Qur’an mulai dari tahapan qiroati.

Halaman:

Editor: Aris Heru Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X