Menikmati Ketupat dan Memaknai Filosofinya d Hari Raya idul Fitri

- Selasa, 3 Mei 2022 | 08:00 WIB
Ketypat dan lontong berbaur menjadi hidangan di hari raya Idul Fitri (Aris Heru Utomo)
Ketypat dan lontong berbaur menjadi hidangan di hari raya Idul Fitri (Aris Heru Utomo)

SILANEWS - Gema takbir berkumandang dari masjid-masjid. Hari Raya Idul Fitri 1443 H atau Lebaran 2022 telah tiba, umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia menyambutnya dengan penuh suka cita. umat Muslim mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, dan pengakuan selaku hamba terhadap keesaan Allah SWT serta pernyataan untuk selalu taat kepada-Nya.

Semua itu sebagai wujud kemenangan setelah selama satu bulan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri sebagai puncak dari pelaksanaan ibadah puasa memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban melaksanakan ibadah puasa itu sendiri, yakni supaya kamu menjadi orang yang bertakwa (QS. Al Baqarah 183).

Shalat Idul Fitri di masjid-masjid ataupun lapangan terbuka dipenuhi jamaah. Di masjid Istiqlal dan Jakarta Internasional Stadium (JIS) misalnya, puluhan ribu jamaah memadati tempat yang disediakan tanpa jarak. Sementara di masjid Baiturrahman di desa kami juga tidak kalah penuhnya oleh jamaah. Warga desa yang merantau dan selama dua tahun terakhir tidak pulang kampung karena larangan mudik akibat pandemi Covid-19 memenuhi ruangan masjid hingga meluber ke jalan raya di depan masjid.

Usai pelaksanaan shalat Idul Fitri, warga masyarakat bersilahturahmi dengan keluarga dan tetangga sambil menikmati hidangan Lebaran, salah satunya adalah ketupat. Bagi masyarakat Indonesia, ketupat seolah menjadi hidangan wajib yang mesti tersedia di hari Lebaran. Lauk pauknya bisa beragam, mulai dari opor ayam, sambal kentang goreng ati ataupun sayur lodeh.

Ketupat adalah kuliner khas Indonesia berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda yang umumnya ditemui saat Lebaran. Ketupat biasanya dihidangkan sebagai makanan pendamping dari opor ayam atau sambal kentang goreng ati untuk menggantikan nasi. Ketupat populer di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, seperti  kupat di Jawa, tupat di Betawi, katupat di Banjar atau katupek di Minangkabau.

Meskipun saat ini ketupat identik dengan menu wajib Lebaran, konon sejarah ketupat sudah dimulai sejak masa pra-Islam. Dulunya ketupat identik dengan kepercayaan animisme. Masyarakat zaman dahulu diketahui sering melakukan sebuah ritual menggantung ketupat sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen. Masyarakat waktu itu juga diyakini menyiapkan ketupat sebagai bekal para pelaut dalam perjalanan antar pulaiu karena kepraktisannya. Dalam perkembangannya, ketupat semakin dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga di abad ke-15 untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya. Beliau memperkenalkan tradisi ketupat secara Islam pada masyarakat sebagai bentuk dari akulturasi budaya.

Menurut Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah asal Belanda, dalam bukunya 'Malay Annual', ketupat diperkenalkan kepada masyarakat umum oleh Sunan Kalijaga di abad 15, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak, saat menyebarkan agama Islam di Indonesia. Sunan Kalijaga meyakini bahwa ketupat bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu.

Saat itu, mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen. Walisongo terutama Sunan Kalijaga memperkenalkan tradisi Bakda Kupat atau lebaran ketupat. Para Wali Songo mengajak warganya untuk membuat ketupat saat lebaran ketupat yang dilaksanakan pada 8 Syawal atau seminggu setelah Lebaran Idul Fitri dan setelah umat Muslim melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal.

lebaran ketupat bukan sekedar untuk makan ketupat bersama keluarga, momen pelaksanaan ini memiliki makna khusus yang penuh filosofi. Menurut Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri Ahimsa-Putra, pemilihan ketupat sebagai hidangan wajib saat lebaran memiliki makna filosofis. Heddy menilai hal tersebut berkaitan dengan kebiasaan orang Jawa yang sering mengotak-atik makna dari suatu kata atau yang biasa disebut dengan Jarwa Dhosok. (cnnindonesia.com, 20 Mei 2021).

Dalam bahasa Jawa, kata ketupat atau kupat berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu ngaku lepat yang artinya mengakui kesalahan dan laku papat yakni empat tindakan.

"Orang Jawa suka bikin seperti itu, nah termasuk kupat itu bisa dimaknai ngaku lepat, mengaku kesalahan ini ada kaitannya dengan Idulfitri di mana orang saling mengakui kesalahan dan memaafkan," ujar Heddy. Menurutnya terdapat laku papat atau empat tindakan, masyarakat Jawa mengartikannya dengan empat hal dalam rukun Islam, yaitu sholat, puasa, zakat, dan haji.

"Mengapa demikian, pertama sebelum terbentuk empat sudut itu ada proses membentuk rangkanya dulu nah itulah sebetulnya kalimat syahadat, jadi kalimat syahadat adalah proses membentuk kupat menggunakan dua janur," ujar Heddy.

"Setelah membaca kalimat syahadat seseorang akan masuk Islam, lalu dia harus menjalani laku empat, dari rukun Islam, jadi kupat itu mengingatkan rukun Islam," lanjutnya.
Heddy menduga hal itu lah yang menjadi alasan masyarakat muslim Jawa membuat ketupat saat datang hari lebaran.

Akhirnya, menikmati ketupat di Hari Raya Idul Fitri bukan sekedar menikmati kelezatannya, tapi kita juga bisa menghayati makna simbolis dan nilai-nilai ajaran agama, sosial dan budaya yang terkandung di dalamnya. Sehingga kita dapat merasakan dahsyatnya ketupat lebaran.

Dari bentuk ketupat dan anyamannya yang rumit kita bisa bercermin akan banyaknya kesalahan manusia di berbagai aspek kehidupan. Ketupat juga bisa menjadi cerminan kesempurnaan, yaitu dengan rumitnya anyaman tapi akhirnya menjadi satu kesatuan, sama seperti kesatuan seluruh umat Muslim di seluruh dunia pada Hari Raya Idul Fitri. Terakhir, ketupat bisa menjadi perlambang tentang kesucian hati yang terlihat dari ketupat yang dibelah dua dan terlihat warna putih di dalamnya.

Selamat menikmati ketupat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin Wallahua’lam.

Halaman:

Editor: Aris Heru Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kenikmatan Soto Kudus Abah Kadir Yang Menggoda

Minggu, 19 Maret 2023 | 13:00 WIB

Tung Tau, Warung Kopi Legendaris di Bangka

Selasa, 14 Februari 2023 | 05:05 WIB

Semalam di Cianjur dengan Semangkuk Bubur Ayam

Selasa, 27 Desember 2022 | 22:15 WIB

Menjaga Tradisi dan Budaya Batak Lewat Ombus-Ombus

Selasa, 18 Oktober 2022 | 16:04 WIB
X